Rembang, BERITANASIONAL.CO.ID — Ratusan jamaah dari berbagai daerah memadati kompleks Makam Pohlandak, Lasem, Kabupaten Rembang, Kamis (6/11/2025) bertepatan dengan 15 Jumadil Awal 1447 H, dalam rangka memperingati Haul Sayyid Chaidar Dahlan — seorang ulama kharismatik yang dikenal sebagai pejuang pena dan pelopor dakwah melalui tulisan.
Suasana khidmat terasa sejak awal acara. Rangkaian tahlil, doa bersama, serta pembacaan manaqib al-Habib Abdul Qadir al-Jaelani mengiringi peringatan haul yang sarat nilai spiritual. Acara puncak diisi dengan ceramah KH. Abdul Qoyyum Mansyur dari Lasem yang menyampaikan mau‘izhah hasanah di hadapan jamaah.
Dalam ceramahnya, KH. Qoyyum mengangkat keteladanan Sayyid Chaidar Dahlan sebagai ulama yang berjuang melalui media dan literasi.
Beliau menunjukkan bahwa dakwah tidak hanya lewat mimbar, tetapi juga lewat pena. Tulisan-tulisannya menjadi cahaya ilmu dan pengabdian,” ujar KH. Qoyyum.
Ia juga mengingatkan jamaah agar tidak mudah menilai orang lain secara negatif.
Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Tak ada yang sempurna, kecuali Nabi yang maksum,” lanjutnya.
Pesan moral itu disambut dengan anggukan penuh haru dari para jamaah yang hadir.
Ulama dan Wartawan Pejuang
Sayyid Chaidar Dahlan lahir di Kendal pada tahun 1915 dan wafat di Lasem pada 1980. Ia berasal dari keluarga besar Dahlan/al-Jaelani/al-Hasani, yang memiliki garis keturunan dari Rasulullah SAW. Ayahnya, Sayyid Hasan bin Shadaqah bin Zaini Dahlan, merupakan seorang pengajar di Makkah sebelum akhirnya menetap di Kendal.
Semasa hidupnya, Sayyid Chaidar aktif dalam kegiatan keagamaan, sosial, dan dunia jurnalistik. Ia tercatat pernah menjadi wartawan di Asian Press Board (APB), lembaga pers di masa awal kemerdekaan Indonesia. Dalam bidang organisasi, beliau pernah menjabat sebagai wakil ketua Masyumi cabang Rembang, dan setelah NU keluar dari Masyumi pada 1953, beliau menjadi sekretaris Nahdlatul Ulama Cabang Rembang.
Pena Sebagai Dakwah
Sebagai ulama sekaligus penulis produktif, Sayyid Chaidar Dahlan meninggalkan warisan literasi yang berharga bagi dunia keislaman di Nusantara. Di antara karya tulisnya yang terkenal antara lain:
Biografi Mbah Ma’shoem (1972)
Sejarah Pujangga Islam: Syeikh Nawawi Albanteni Indonesia (1978) — karya biografis pertama tentang Syeikh Nawawi dalam bahasa Indonesia
Biografi Sayyid Hamzah Syatho (1979)
Biografi KH. Ahmad Sanusi Sukabumi (1980)
Tulisan-tulisan tersebut mencerminkan pandangan religius dan intelektual seorang santri jurnalis, yang menjadikan pena sebagai sarana dakwah dan pencerahan.
Teladan yang Terus Dihidupkan
Peringatan haul tahunan di Makam Pohlandak menjadi momentum penting bagi masyarakat Lasem dan sekitarnya untuk mengenang dan meneladani semangat keilmuan, keterbukaan, dan pengabdian Sayyid Chaidar Dahlan.
Semoga semangat beliau menginspirasi generasi muda Lasem untuk terus berkarya dan menebar manfaat dengan cara yang damai dan berilmu,” harap KH. Qoyyum Mansyur menutup tausiyahnya.
Acara dilanjutkan dengan pembacaan manaqib Sayyid Chaidar Dahlan oleh KH. Ahfas Hamid Baedlowi, dan ditutup dengan pembacaan Surah Yasin, tahlil, serta doa bersama














