Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Berita

Haul Kyai Singowati, Pendiri Ponpes Assalamaddin Curahpetung Kedungjajang

×

Haul Kyai Singowati, Pendiri Ponpes Assalamaddin Curahpetung Kedungjajang

Sebarkan artikel ini

Lumajang, BERITANASIONAL.CO.ID – KH. Musthofa Bisri menyatakan jika kamu ingin abadi ada 2 hal yang harus dilakukan yaitu menulis dan mengkader. Coretan pena penanda bahwa pemikiran seseorang itu tetap hidup sepanjang masih ada orang yang membaca dan mengkaji karya tersebut, maka dari itu tidak ada yang mengatakan suatu kitab/buku karya almarhum si fulan. Namun tetap mengatakan buku karya Buya Hamka, buku KH. Hasyim Asy’ari, buku Tan Malaka, dan seterusnya.

Kedua, mengkader yaitu mencetak murid atau santri dengan mengajarkan baik pengetahuan umum maupun agama agar menjadi generasi penerus di masa yang akan datang. Entah putra sendiri maupun mendidik anak orang lain masih dikategorikan mengkader. Atau mencetak orang untuk meneruskan organisasi maupun lembaga pendidikan yang telah dirintis, juga menjadi wasilah seseorang akan menjadi orang yang abadi.

Demikian pula yang telah dilakukan oleh Kyai Abdus Sukro atau yang dijuluki Kyai Singowati bersama Nyai Nurhasanah, merupakan insan-insan yang telah menjadi manusia abadi lantaran perannya dalam merintis Ponpes Assalamaddin yang masih eksis hingga detik ini.

BACA JUGA :
Perwakilan Guru Madrasah Lumajang Ikut Demo ke Jakarta

Dalam Haul Kyai Singowati yang ke-22 ini, Dr. KH. Muhammad Darwis, M.Pd.I selaku pembicara menerangkan bahwa seorang santri tidak boleh jauh atau bahkan putus dengan kyai atau pondoknya. Sebab lantaran gurulah kita bisa mengenal Alloh swt dan RasulNya. Alumni itu ada 3 macam yakni santri muttassil, munfasil, dan munqothi’, pada Ahad (23/11/2025).

BACA JUGA :
Produk Inovasi dari Universitas Lumajang di Bidang Pertanian

Alumni Muttassil, menurut ketua PCNU Lumajang ini, yaitu alumni yang masih nyambung langsung, jika diundang datang. Sedangkan alumni Munfasil ialah alumni yang nyambung namun tidak secara langsung, jika ada acara gak hadir tapi dia tetap ikut iuran untuk acara tersebut. “Yang paling parah adalah alumni Munqothi’ yakni alumni yang putus dari pondok dan gurunya, jika diundang tidak hadir serta tidak ikut iuran dalam kegiatan pondoknya,” ungkap dosen UNISYA ini. Sedangkan doa dipimpin oleh Habib Hamzah bin Balawi.

Ponpes Assalamaddin telah mengalami perkembangan pesat dalam 5 tahun terakhir ini. Lembaga pendidikan formal sudah dibuka mulai dari jenjang MTs, MA, dan kesetaraan. Program unggulan sudah mulai digalakkan untuk mendongkrak kemampuan santri mulai dari Tahfidz Al-Qur’an dan Al-Miftah merupakan syarat wajib bagi santri yang akan lulus pendidikan formal. Banyak alumni yang telah melanjutkan ke perguruan tinggi seperti Unisya Wonorejo, UBI Banyuwangi, dan lainnya.

BACA JUGA :
Perwakilan Guru Madrasah Lumajang Ikut Demo ke Jakarta

Jadi, jika ada yang ingin memondokkan putranya di Ponpes Assalamaddin tidak perlu ragu lagi sebab di sana telah dilakukan perbaikan-perbaikan guna menjadikan santri agar bisa mengenyam pendidikan formal yang sama dengan pondok lainnya. Sebab di Assalamaddin mempunyai motto “Mengubah yang biasa menjadi luar biasa dan mengubah masa depan menjadi lebih baik.” (AF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *