Bondowoso, BERITANASIONAL.CO.ID – Juru masak dari berbagai Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kabupaten Bondowoso mengikuti uji kompetensi pengolahan makanan sesuai standar.
Kegiatan ini digelar secara mandiri oleh Yayasan Al Hidayah bertujuan memastikan seluruh juru masak memiliki sertifikasi sesuai ketentuan baru dari Badan Gizi Nasional (BGN). Uji kompetensi juru masak MBG bertempat di dapur SPPG Dadapan Bondowoso, Sabtu (18/10/2025).
Sebanyak 14 peserta dari 9 dapur SPPG mengikuti uji kompetensi ini. Mereka berasal dari:
- SPPG Dadapan Bondowoso
- SPPG Grujugan Kidul Bondowoso
- SPPG Rejoagung Bondowoso
- SPPG Ardisaeng Bondowoso
- SPPG Kademangan Bondowoso
- SPPG Pujer Bondowoso
Selain itu, ada peserta dari luar kota yakni SPPG Kendit Situbondo, SPPG Talkandang Situbondo dan SPPG Puger Jember.
Owner SPPG Dadapan, Slamet Gusti Purwanto, menjelaskan bahwa kegiatan sertifikasi ini menggandeng Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pariwisata Jana Dharma Indonesia Yogyakarta, sebagai penguji sertifikasi spesialisasi di pengolahan masakan Indonesia.
“Kami sengaja menghadirkan lembaga profesional untuk memberikan referensi dan menguji kompetensi para juru masak, kami juga mengajak beberapa SPPG lain untuk ikut serta,” ujar Slamet.
Sebelum uji kompetensi dilaksanakan, para peserta terlebih dahulu mengikuti kursus privat secara daring guna memperdalam pemahaman mengenai tugas dan materi yang akan diujikan.
Slamet berharap, dengan adanya uji kompetensi ini, sumber daya manusia di lingkungan SPPG naungan Yayasan Al Hidayah dan SPPG lainnya akan semakin profesional dalam mengolah makanan MBG.
Dalam uji kompetensi, para peserta tidak hanya diuji kemampuan memasak, tetapi juga diminta mendemonstrasikan proses pengolahan makanan secara langsung.
Sementara itu asesor penguji sertifikasi LSP, Istika Dewi Anindita, menuturkan proses uji kompetensi ada dua tahap yaitu praktek dan wawancara.
Assesor menguji tentang higienitas, keamanan pangan, sejauh apa para relawan dapur MBG mengetahui higienitasi dan prosedur keamanan pangan termasuk keselamatan lingkungan misal terjadi gas bocor.
“Setelah uji memasak kemudian wawancara, jadi ada dua tahap,”kata Istika.
Dia menegaskan, proses uji sertifikasi ini yang dinilai bukan hanya memasak dan wawancara saja, tapi pihaknya juga menilainya pasca setelah masak, termasuk kebersihan tempat.
Menurutnya, sertifikasi itu standar minimal chef atau juru masak, bukan hanya dari cara masaknya, tapi bagaimana menyajikan dengan keamanan pangan.
“Jadi kalau masak, sepertinya semua orang bisa, tapi untuk tahu bagaimana makanan layak apa tidak, matang atau tidak, lalu bagaimana membersihkan tempat setelah masak itu kan tidak semua orang bisa,” ucap Istika.
Pasca iji kompetensi ini, Istika berharap semua kuru masak kompeten semuanya, sehingga para relawan juru masak MBG ini bisa bekerja maksimal sepenuh hati untuk dapur SPPG. (*)